Rabu, 18 Desember 2013

Bayang-bayang Ilusi #FF2in1





Aku melirik jam bundar yang terpajang di dinding ruang tengah, terlihat jelas dari kamarku yang hanya diberi sekat kaca, belum terlalu jauh lewat dari tengah malam. Dengan frustasi aku mengacak rambutku lalu berdiri, dan melangkah menuju dapur. Kubuka kulkas putih besar, mengambil sebotol air putih dingin lalu meneguknya begitu saja dari mulut botolnya. Setelah itu aku duduk di kursi kayu dan menopang keningku dengan kedua tanganku di meja kaca yang bening. Bisa kulihat dengan jelas sosok yang berada di hadapanku.

Bayangan, lagi-lagi ilusi menggodaku. Bagaimana mungkin aku masih bisa mendengar suaranya setelah satu tahun kepergiannya? Bagaimana bisa aku masih merasakan kehadirannya di ruangan ini setelah… setelah aku tahu bahwa dia tidak akan lagi bisa menghirup udara yang sama denganku?
Tapi sosoknya selalu ada. Seperti sebuah bayangan yang selalu mengikutiku. Ya, aku selalu percaya dia akan selalu ada kemanapun aku melangakah.

“Kau adalah pantulanku dan yang kulihat hanyalah dirimu,” kuremas rambutku dengan kencang, tak peduli sesakit apapun, aku hanya ingin rasa sakit yang membakar dadaku ini hilang, tergantikan oleh rasa sakit yang lain.